Written by cartoonesia.com
Sunday, 28 September 2008 06:42
Siapa sangka kalau lukisan Sisingamangaraja XII, sang Pahlawan Nasional yang terlampir di uang rupiahan itu adalah lukisan imajiner. Dan pelukisnya adalah Sibarani, karikaturis kondang Indonesia yang dituduh oleh Benedict R.O.G Anderson, ahli Indonesia asal Universitas Cornell, Amerika, sebagai yang terbesar di negeri ini.
Nah ini menurut penuturan Eka Kurniawan lewat tulisannya di Pantau Magz edisi Februari 2002. Ceritanya begini, orang Btak pun ingin memiliki pahlawan nasional seperti Tjoet Njak Dhien, Teuku Umar dan Diponegoro. Nah usul punya usul munculah nama Sisingamangaraja XII. Masalahnya sekarang, seorang pahlawan harus memiliki sebuah potret untuk dipajang di kantor-kantor atau disekolah-sekolah dan Sisingamangaraja tak tak meninggalkan sehelai foto pun dan telah mennggal jauh di awal abad XX. Kalau sudah begini gimana, ya?
Tersebutlah nama Sibarani yang selama ini sering melukis potret. Sibarani merasa terpanggil untuk bisa menghadirkan sebuah foto pahlawan Batak tersebut untuk disyahkan menjadi pahlawan nasional. Seperti artis biro kriminal kantor polisi yang tengah mereka-reka wajah buronan tak dikenal, Sibarani melaksankan tugasnya. Ia menggali info dari keturunan sang pahlawan dan juga teman-temannya seperti ayah penyair Sitor Situmorang.
Alkisah, akhirnya lukisan Sisingamangaraja XII seselai sudah dan kemudian Presiden Soekarno mengesahkan Sisingamangaraja XII sebagai pahlawan nasional.
Tapi kemudian, setelah orde berganti, lukisan itu dipergunanakan pemerintah untuk uang kertas rupiahan. Sibarani yang mengetahui hal ini merasa bangga dan jengkel karena Bank Indonesia tak pernah menyebut namanya sebagai pelukis sang pahlawan, atau paling tidak minta izin mempergunakannya. Tentu Sibarani geram dan kemudian mengajukan Bank Indonesia ke meja hijau. Apakah Sibarani berhasil ? Eka Kurniawan dengan mengharukan menuliskannya begini,"Laki-laki itu (Sibarani, pen) tengah mencoba menghadapi kekuasaan pemerintah yang congkak, menghabiskan semua urusan dengan pengadilan selama delapan tahun, dan seluruhnya sia-sia kecuali menghasilkan setumpuk berkas berita acara."
Ada cerita lebih konyol lagi. Seperti ada pertalian batin antara Sibarani dan lukisan Sisingamangaraja itu, Sibarani memburu lukisan itu kemana-mana. Kemudian ia menemukannya, semuanya telah berubah dan menyedihkan.Debu tebal menempel dipermukaan dengan pigura baru yang tak beres pemasangannya. Ada bekas jalur-jalur air hujan di jejak debu. Lukisan itu menjad berantakan.Sibarani, tak tahu apakah tertawa atau menangis untuk kekonyolah orang yang tak mengerti lukisan.
Sumber: Eka Kurniawan, " Cerita Seorang yang Melukis Potret", Pantau Februari 2002
0 komentar:
Posting Komentar