Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Tech News

Presiden Disambut oleh raja Sipakko

Written By napitupulusipakko on Rabu, Maret 18, 2009 | Rabu, Maret 18, 2009

Presiden meresmikan pekan penghijauan nasional ke-15 di sumut, dihadiri tun razak, pm malaysia. perundingan presiden dan tun razak di wisma pertamina. penjelasan mensegneg tentang hasil perundingan. (nas)

TEPAT jam 9 pagi Sabtu 15 Nopember kemarin Presiden Suharto dan rombongan dari Jakarta mendarat di lapangan terbang Polonia Medan. Setengah jam kemudian menyusul Perdana Menteri Tun Razak dan rombongannya yang datang dari Kuala Lumpur. Dua puluh menit selanjutnya mereka meneruskan perjalanan ke Lumban Rang, kecamatan Lumbanjulu di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Tepat pada jam 10.30 helikopter yang membawa pimpinan negara Indonesia dan Malaysia itu mendarat dengan santai di lapangan darurat yang sudah berhari-hari disiapkan di sana. Masyarakat di sekitar Danau Toba, 12 ribu Pramuka yang berdiri di atas bukit gundul dan 3.000 pelajar serta pegawai negeri menyambut Pak Harto dan Razak dengan elu-elu "Ho ras" berkepanjangan.

Dengan disungkup udara segar dan sejuk, setelah kedua pembesar itu tiba di barak upacara, muncullah Raja Sipakko Napitupulu - mewakili Pengetua Adat Tapanuli Utara - berpidato upah upah dalam bahasa Batak. Kemudian diteruskan dengan upacara penyelimutan kain Ulos dan menyerahkan tongkat Tunggal Panaluan -- yang merupakan kebesaran adat di Batak--kepada Pak Harto dan Tun Razak.

Setelah mendengar laporan gubernur Marah Halim dan diusul penjelasan Menteri Pertanian Prof. Toyib Hadiwidjaja serta amanat Presiden meresmikan Pekan Penghijauan Nasional ke-15 yang mengambil lokasi di Lumban Rang Aek Natolu itu, Pak Harto, Tun Razak, Menlu Adam Malik Menlu Malaysia Tengku Ahmad Rithauddee, Mentan Toyib dan beberapa pejabat teras kedua negara masing-masing ambil bagian menanam pohon-pohon di kaki bukit. Sejam berada di Lumban Rang, rombongan meneruskan perjalanan 20 Km, liwat darat menyusur kaki Bukit Barisan ke Wisma Pertamina di Sibaganding, sebuah tempat strategis yang menjorok ke Danau Toba, 41« Km sebelum masuk ke kota turis Parapat dari arah Medan.

Selain sebagai tempat menginap di sini Pak Harto dan Tun Razak agak lama beristirahat. Selesai makan siang, tepat pada jam 15.00 wib Kepala Negara RI dan PM Malaysia memasuki kamar nomor 18 Wisma Pertamina, untuk mengadakan pertemuan empat mata. Di dalam buku acara disebutkan mereka akan berunding dengan mengenakan batik berlengan panjang. Tapi pada hari itu keduanya mengenakan jas mini, warna abu-abu. Pak Harto berbaju lengan pendek, sedang Tun Razak berlengan panjang.

Para wartawan diberi kesempatan memotret mereka yang sudah duduk di sofa, tidak sampai lima menit. Setelah itu protokol menutup jendela dan pintu ruangan khusus yang hanya luasnya sekitar 3 x 4 meter. Di belakang kursi Pak Harto duduk terpacak bendera Malaysia dan di belakang Tun Razk duduk berdiri bendera Merah Putih. Tiangnya lebih rendah sedikit dari tiang bendera Malaysia. "Kami sudah tukar bendera", kata Tun Razak tersenyum cerah. Ruangan kamar tempat mereka berunding menghadap ke arah barat Danau Toba cukup sejuk. Apa yang mereka bicarakan pada hari pertama selama dua jam, sama sekali tak bisa bocor keluar. Tapi bila dihubungkan dengan pidato Pak Harto di Lumbanjulu dan ditambah dengan keterangan Adam Malik di sana, "pembicaraan akan berkisar pada masalah penyelenggaraan KTT ASEAN yang tidak lama lagi bedangsung di Bali". Presiden juga ada mengemukakan soal, bahwa "jika kita bersama-sama dengan bangsa lain di Asia Tenggara ini dapat tumbuh dengan kokoh dan masing-masing memiliki ketahanan nasional, maka akan juga tumbuh ketahanan regional".

Dengan demikian, tambah Presiden lagi, "kawasan ini akan dapat kita urus bersama, menjadi tanggung jawab bersama di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara sendiri dan tidak membiarkan masa depan kita ditentukan oleh bangsa-bangsa lain yang sering kali bertentangan dengan keinginan dan kepentingan kita". Untuk mencapai maksud itu dan membangun Asia Tenggara, "maka kita harus mengembangkan saling pengertian yang makin mendalam, persahabatan yang tulus dan bantu membantu". Tambah Pak Harto: "Untuk tujuan itulah, saya akan bertukar fikiran dengan "Yang Mulia Perdana Menteri Tun Abdul Razak dalam kunjungan beliau di daerah Sumatera beberapa hari ini". Kursi Untuk Razak Pertemuan pad hari kedua, Minggu, berlangsung 1 jam sehabis Presiden dan Perdana Menteri Malaysia ambil bagian main golf di lapangan "Sally" Parapat yang dimulai pada jam 8 lewat dan berakhir mendekati jam 12 .00 siang (semestinya hanya dua jam saja). Tun Razak sendiri agak sedikit lesu fisiknya.

Ia keihatan lebih tua, meski 3 tahun lebih muda dari Pak Harto. Selama di lapangan golf, sehabis memukul bola ia sering duduk di kursi yang sengaja dibawa untuknya. Tampaknya "diplomasi golf" tidak kelihatan. Tanpa ada diskriminasi wartawan dibolehkan terus menguntit mereka sampai permainan berakhir di hole 9. Pak Harto turun ke lapangan mengenakan kaus merk "Montagut" warna coklat muda, celana kekuningan tua, sepatu putih dan bertopi merah putih (diserahkan oleh Pimpinan Umum Pertamina Unit I, Haji Husni).

Tun Razak berkaus "Grand Slam" merah hati berleher putih, celana coklat tua, topi putih les kuning, bersepatu hitam dan dilengkapi glove merah di tangan kanannya. Mereka bermain golf ditemani pasangan Adam Malik dan Menlu Rithauddeen. Malamnya, hasil perundingan tidak resmi selama dua hari itu, sebelum acara kesenian berlangsung, barulah dapat diberikan, kepada wartawan melalui Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono SH. Selain membicarakan masalah regional dan bilateral, kedua pemimpin itu juga menyoroti secara khusus soal memperkokoh ketahanan nasional masing-masing negara. Di samping itu mereka juga secara bersama bercenderung tentang perlu adanya konsolidasi ASEAN untuk memungkinkan mempercepat pembangunan bangsa-bangsa yang menjadi anggotanya. Sementara soal KTT antara negara-negara ASEAN diharapkan dapat berlangsung pada awal tahun depan ini.

Sedangkan menyangkut soal Wawasan Nusantara yang menjadi konsepsi Indonesia, Tun Razak kembali mengemukakan dukungan Malaysia sesuai dengan hasil pertemuan Penang tempo hari. "Dengan pengertian, Wawasan Nusantara tersebut, tidak akan mengganggu kelancaran hubungan Malaysia dengan wilayah-wilayahnya, yaitu Sabah dan Serawak", katanya. Menurut statemen tersebut, keduanya juga menilai, bahwa pendekatan antara negara-negara besar terus berlangsung. Tapi di balik itu persaingan untuk menanamkan pengaruh mereka di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk negara-negara di Asia Tenggara berlangsung pula. Dan keadaan ini sudah tentu dapat mengganggu keamanan regional masing-masing negara bersangkutan. Karena itulah, mereka pun bersepakat untuk saling memperkuat ketahanan nasional masing-masing. Menurut Sudharmono, "kedua beliau merasa puas atas pertemuan kali ini" sebagai rangkaian kerja yang telah mereka adakan selama ini. Tidak ada berita lain.

0 komentar: